Apa Sosial Media Membantu Pendidikan dan Produktivitas Pekerja?
Feb 2, 2016 / By Santoso S. / Mahoni.com
Untuk negara berkembang seperti Indonesia, sosial media meledak besar. Bahkan survey mengatakan bahwa facebook di Indonesia adalah ke 4 penguna terbesar di dunia.
Apa kita layak bangga atas itu? Apa artinya itu hebat untuk Indonesia dan masyarakat? Apa sebaliknya itu bagus untuk facebook yang mendapat keuntungan dari iklan, tapi menghabiskan waktu produktif masyarakat Indonesia.
Teman saya memiliki ratusan karyawan di kantor, pagi hari ini waktu saya berkunjung untuk rapat kerja, dia sempat berkomentar dengan serius bahwa sosial media seperti facebook, youtube, dll menjadi masalah di kantornya karena dia menebak bahwa sekitar 20% waktu kantor dihabiskan secara tidak produktif untuk browsing dan gosip di sosmed tersebut. Dia berkata sudah usaha berat di masa ekonomi sekarang ini, karyawan bukan makin rajin melainkan facebookan terus ke teman-teman bahkan yang mereka tidak kenal.
Apa teman saya salah berkata demikian? Saya rasa tidak, karena waktu kita dikantor dibayar oleh perusahaan, dan itu tidak adil bila kita habiskan hanya untuk hal yang tidak memberi kemajuan untuk usaha dimana kita bekerja bahkan mengunakan fasilitas kantor, wifi kantor, dll.
Sedikit kita sadari bahwa makin banyak waktu yang kita habiskan ber sosial media, maka makin sedikit waktu yang kita miliki untuk bekerja produktif.
Bagaimana topik ini di dunia pendidikan? Sama! Beberapa survey antara teman-teman dan keluarga mengeluhkan hal yang sama, bahkan beberapa guru merasa sangat tergangu dimana murid-murid langsung browsing sosmed pada saat istirahat dibandingkan dengan belajar dan membaca buku sekolah.
Fenomena ini menjadi masalah sosial, dimana terlihat ada kecanduan yang kuat terhadap sosial media seperti facebook, youtube dan lainnya. Boleh dikatakan produktivitas kerja, pelajaran, dan urusan lain yang penting dijadikan nomor dua setelah facebook.
Bila ini berlajut maka apa mungkin akan terjadi penurunan kualitas rakyat Indonesia secara umum, kita menjadi masa yang jago gosip, komentar, dan memberi pendapat kepada orang lain dan kurang evaluasi dan melihat diri sendiri.
Keterbukaan pemerintahan Indonesia bagus, tapi juga bukan tidak memiliki aspek negativenya. Untuk negara berkembang, kita mungkin belum siap untuk terbuka penuh dimana liberalisasi menjadikan kita kurang disiplin bahkan kecanduan untuk leisure (santai) via sosmed dibandingkan dengan bekerja keras, belajar, meningkatkan produktivitas dan fokus serta etis timur yang menghargai untuk lebih lemah lembut.
Apa pendapat anda atas topik ini? Apa betul teman anda menghabiskan waktu kantor di sosmed? Atau sekolah? Apa benar sosmed membuat kecanduan?
No comments:
Post a Comment